Maslow berpendapat,
bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan
jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan
estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut
sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah
kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari
bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih,
seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi
anggota kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat
mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian,
misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya
adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan
dipercaya oleh orang lain
1. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan
berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari
teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat
dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau
menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
2. Carl R. Rogers
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi
humanistik yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek
psikologi di semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus
dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip
belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang
berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar
untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993).
Adapun penjelasan konsep masing-masing
prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Hasrat untuk Belajar Menurut Rogers, manusia
mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa
ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan.
Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan
humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan
kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan
untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang Berarti Belajar akan mempunyai arti
atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud
anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai
arti baginya.
c. Belajar Tanpa Ancaman Belajar mudah dilakukan dan
hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang
bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji
kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat
kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas Inisiatif Sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri
dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya
sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid
untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah
perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak
lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan
masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil.
e. Belajar dan Perubahan Prinsip
terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling
bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu
yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis.
Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah
dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan
fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju.
Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan
berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang
dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang
berubah dan akan terus berubah.
3. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud
merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan
yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang
lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah
sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah
persepsinya. Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena
tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan
sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau
memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar,
sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang
dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan
aktivitasaktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan
reaksinya (Rumini, dkk. 1993).
4. Aldous Huxley
Manusia memiliki banyak
potensi yang selama ini banyak terpendam dan disia-siakan. Pendidikan
diharapkan mampu membantu manusia dalam mengembangkan potensi-potensi tersebut,
oleh karena itu kurikulum dalam proses pendidikan harus berorientasi pada
pengembangan potensi, dan ini melibatkan semua pihak, seperti guru, murid maupun
para pemerhati ataupun peneliti dan perencana pendidikan.
.
Rumini, S. dkk. 1993. Psikologi
Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar