Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 25 Maret 2016

Terapi Psikoanalisa 'Sigmund Freud'

Terapi Psikoanalisa
Sigmund Freud


Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Sigmund Freud sendiri dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pada mulanya istilah psikoanalisis hanya dipergunakan dalam hubungan dengan Freud saja, sehingga "psikoanalisis" dan "psikoanalisis" Freud sama artinya. Bila beberapa pengikut Freud dikemudian hari menyimpang dari ajarannya dan menempuh jalan sendiri-sendiri, mereka juga meninggalkan istilah psikoanalisis dan memilih suatu nama baru untuk menunjukan ajaran mereka. Contoh yang terkenal adalah Carl Gustav Jung dan Alfred Adler, yang menciptakan nama "psikologi analitis" (bahasa Inggrisanalitycal psychology) dan "psikologi individual" (bahasa Inggris: individual psychology) bagi ajaran masing-masing.




Psikoanalisa disamping sebagai teori kepribadian dan teknik evaluasi kepribadian, psikoanalisa juga dikenal sebagai terapi yaitu teknik untuk menyembuhkan penyakit-penyakit kejiwaan tertentu. Prinsip yang dipakai dalam teknik terapi menurut psikoanalisa adalah mencari dulu faktor-faktor yang menyebabkan neurosa itu melalui teknik-teknik kepribadian. Apabila sudah diketahui penyebab itu, barulah diusahakan untuk menghilangkan faktor-faktor itu dalam rangka menghilangkan gejala-gejala penyakit.
Teknik-teknik perawatan yang dikemukakan Freud sangat berbeda dengan teknik-teknik yang diikuti oleh para dokter yang sudah lazim dalam praktek pengobatan mereka, dan tentunya merupakan cara yang revolusioner pada pereode sebelum-sebelumnya. Pada awal tahun 1904, Freud menyusun syarat tertentu untuk menyeleksi pasien yang cocok untuk psikoanalisis. Dia mengharuskanpasien tersebut memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan karakter yang cukup dapat diandalkan. Dan tidak mau mengambil pasien psikosis; yaitu pasien yang menderita schizofrenia atau penderita melankolia yang paling parah (sakit depresi). Freud juga mengatakan bahwa pasien yang “hampir mendekati atau berada di atas usia lima puluh tahun” tidak cocok untuk psikoanalisis karena dua alasan. Pertama, dia takut bahwa banyaknya materi yang dialami pasien pada masa hidupnya telah begitu menumpuk sehingga perawatannya mungkin akan berlangsung secara tidak jelas. Kedua, dia mengatakan “orang lanjut usia tidak lagi dapat dididik”, sementara orang dibawah usia remaja “seringkali sangat mudah dipengaruhi”. Freud juga mengungkapkan bahwa saran memainkan peranan yang lebih besar di dalam psikoanalisis yang biasa diakuinya.

 Freud dalam melakuakan praktek terapi, pasien diminta untuk berbaring tengkurap di atas sebuah dipan, sementara psikoanalisisnya duduk tidak kelihatan di belakangnya, dikarenakan tiga alasan: pertama, karena dengan demikian dapat mendorong lancarnya alur asosiasi bebas. Kedua, pengakuan Freud bahwa dia merasa ciut kalau harus ditatap secara terus menerus selama delapan jam atau lebih dalam sehari. Ketiga, Freud beranggapan akan lebih menguntungkan apabila si pasien tidak menyadari perubahan mimik pada wajah psikoanalisisnya. Ketiga alasan ini mempunyai kesahihan tertentu dan hampir semua analisis yang menggunakan cara Freud ini tetap menggunakan dipan.
 Freud menganjurkan agar psikoanalis tidak membuat catatan mengenai pokok pembicaraan karena hal ini mungkin akan mengganggunya dalam mempertahankan sikap “memperhatikan dengan perhatian yang sama besar”. Dia juga menolak untuk memutuskan terlalu awal mana saja pendapat pasien yang dianggap penting. Freud menunjukkan bahwa manfaat dari apa yang didengar analis dalampemabahasan khusus mungkin hanya dapat dibuktikan pada waktu yang akan datang. Seorang analis harus mengubah pikiran bawah sadarnya sendiri seperti sebuah alat penerima kearah pikiran bawah sadar pasien yang dipancarkan. Dia harus meyesuaikan dirinya sendiri dengan pasien seperti layaknya pesawat penerima telepon yang disesuaikan dengan mikropon pengirimnya.

Metode yang digunakan dalam terapi psikoanalis
1. Teknik talking cure (chimney sweeping) Teknik talking cure merupakan teknik yang pertama kali pada saat Freud melakukan prakteknya untuk yang pertama kali bersama dokter Josep Breuer. Teknik ini dilaksanakan dengan membina hubungan baik dengan pasien-pasiennya. Dari hubungan baik tersebut Freud membiarkan pasiennya menceritakan semuanya pengalamanpengalaman yang pernah dialaminya dari masa lalu. Melalui talking cure ini semua isi hati yang membuat si pasien kecewa dapat tersalurkan sehingga hati pasien menjadi lega terbebas dari tekananatekanan isi hati yang selama ini tidak bisa disalurkan keluar. Kemudian dari hubungan baik tersebut akan dapat menimbulkan “catharsis” yaitu suatu keadaan dimana pasien dengan bebas sekali mengemukakan semua kesukaran-kesukaran yang dialaminya kepada dokter. Akan tetapi menurut pengalaman Freud teknik talking cure kurang tepat karena dari teknik ini hanya menghasilkan hal-hal yang terdapat dalam alam kesdaran. Padahal persoalan yang menyebabkan gangguan kejiwaan kebanyakan pada alam ketidaksadaran.

2. Katarsis (hipnosa) Metode katarsis ini diperoleh dari dokter Josep Breuer. Metode hipnosa merupakan suatu teknik atau metode untuk menjadikan pasien-pasien setengah sadar atau berkurang kesadarannya sehingga lebih mudah dilihat isi dari alam ketidaksadarnnya. Menurut dr. Breure berdasarkan metode katarsis itu telah terbukti adanya perkaitan antaraingatan-ingatan yang dilupakan dengan gejala-gejala histories. Sebab arti gejala-gejala itu dapat dinyatakan setelah pasien dimasukkan dalam keadaan hipnosa. Jadi dalam metode katarsis yang diajarkan oleh Breure menurut pasien dihipnosis secara mendalam, karena hanya dalam keadaan hipnosa diperoleh sumber-sumber pataganis. Dalam menghadapi kasus akut, Bernheim berulang-ulang mengatakan bahwa sugesti adalah inti manifestasi hipnotisme dan hipnotis itu sendiri adalah hasil dari sugesti atau kondisi yang disugesti. Dalam keadaan bangun, dia juga lebih suka menggunakan sugesti yang juga akan memberi hasil yang sama.
 Freud dalam menjalankan metode hypnosis dikabarkan telah sukses menagani kasus gangguan syaraf, yaitu perilaku irrasional seseorang yang berada dalam kesusahan.
Tetapi tidak lama kemudian Freud merasa kurang puas dengan metode katarsis (hipnosa) karena metode ini dirasakan terlalu berat bagi dokter bersangkutan dan juga karena hasilnya kurang memuaskan akibat daya tahan pasien sering kali tidak dapat dibongkar, malah dipertebal saja. Ia juga mengatakan pekerjaan ini mengingatkan pada metode megis, sulap dan takhayul. Hanya saja, untuk kepentingan pasien, dokter harus melakuakannya. Walaupun sebenarnya tidak demikian karena metode hipnosa dapat dijelaskan secara ilmiah. Sehingga Freud perlu mengembangan tehniknya sebagai penyempurna tehnik-teknik sebelumnya.

3. Metode asosiasi bebas (free assosiation) Asosiasi bebas merupakan teknik utama dalam psikoanalisa. Analisis meminta kepada pasien agar membersihkan pikirannya darpemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin menyatakan apa saja yang terlintas dalam pemikirannya betapapun menyakitkan. Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis dari masa lampau. Jadi dalam metode asosiasi bebas ini pasien harus meninggalkan setiap sikap kritis terhadap fakta-fakta yang disadari dan mengatakan apa saja yang timbul dalam pemikirannya. Freud berkeyakinan bahwa hidup psikis sama sekali detirminis dalam arti bahwa tidak ada sesuatu pun yang kebetulan oleh karena asal pasien jujur maka dokter akan dapat menyelami pikiran yang bebas dari pasien.
 Dari prakteknya penyembuhan menggunakan asosiasi bebas ini belum membuat Sigmund Freud puas. Hal ini karena masih kurang banyak isi dari ketidaksadaran yang dapat dikorek keluar sehingga penyembuhan pun kurang meyakinkan.

4. Penafsiran mimpi Dari berbagai usaha yang telah dilakukan akhirnya Freud berfikir bahwa isi ketidaksadaran dapat pula timbul dalam mimpi. Mimpi merupakn suatu produk psikis dan karena hidup psikis dianggap sebagai konflik antara daya-daya psikis maka bisa diterima jika ia menyatakan mimpi sebagai perwujudan suatu konflik. Mimpi sebagai keinginan taksadar yang muncul dalam kesadaran.
Di dalam mimpi ada tiga materi yang telah dikemukakan oleh Freud yaitu; pertama, telah diketahui bahwa materi-materi tertentu yang muncul dalam isi mimpi, yang sesudahnya tidak bisa dikenali di alam sadar, adalah bagian dari pengetahuan dan pengalaman seseorang. Kedua, sumber materi-materi untuk direproduksi dalam mimpi yang diambil adalah dari masa kanak-kanak. Ketiga, keanehaningatan dalam mimpi yang paling luar biasa sekaligus paling sulit untuk dijelaskan adalah pada pemilihan materi yang akan diproduksi.
Untuk menafsirkan mimpi orang harus menelusuri proses terbentuknya mimpi dalam jurusan yang berlawanan. Dengan bertolak dari isi yang terang, orang harus kemabali ke pikiran-pikiran tersembuyi yang telah didistorsi oleh sensus. Setelah terlewati ia akan dapat memperlihatkan keinginan yang direpresi. Maka penafsiran mimpi memainkan peran besar dalam perawatan psikoanalisis dan pada banyak kasus penafsiran mimpi jangka panjang menjadi instrumen paling penting dalam perawatan.
Bagi Freud analisa tentang mimpi membawa banyak keuntungan, yang pertama, analisa itu dapat meneguhkan hepotesanya tentang susunan dan fungsi hidup psikis. Kedua, melalui hasil studinya tentang mimpi-mimpi ia mencapai kerajaan yang besar dibidang pengobatan neurosa-neurosa, dimana mimpi tersebut dapat membongkar ingataningatan dari masa lampau.
Dari keempat teknik terapi Freud nampaknya para psikoanalisis modern jarang yang taat pada semua nasehat Freud, karena teknik terapi yang seharusnya dipraktekkan secara bersamaan dengan fleksibelitas akan tetapi Freud melakukan secara terpisah. Namun para psikoanalisis modern secara umum, dalam mengelola psikoanalisis dan bentuk psikoterapi lainya, masih berpegang pada cara-cara Freud dan tetap menjadi salah satu peninggalannya yang paling abadi.

Kelebihan dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
Kelebihan
· Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
· Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
· Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan
· Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
· Memakan banyak biaya bagi klien
· Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
· Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi


SUMBER :