Wikipedia

Hasil penelusuran

Jumat, 29 April 2016

TEKNIK TERAPI HUMANISTIK

Tokoh lain dari humanistik eksistensial yaitu Carl Rogers yang dikenal dengan metoda terapi yang dikembangkannya, yaitu terapi yang berpusat pada klien (Client-Centered Therapy). Dasar dari terapi humanistik eksistensial adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan perwujudan dirinya. Teori humanistik eksistensial berfokus pada diri manusia. Pendekatan humanistik eksistensial merupakan suatu pendekatan yang berusaha mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, yakni memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. 

     
Client-Centered Therapy

Image result for Teknik Konseling Terapi Humanistik-EksistensialDalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi terapis bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Pedekatan ini memberikan kontribusi yang besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas manusia terhadap manusia yang lain dalam proses terapeutik. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam terapi humanistik eksistensial adalah terapi yang berpusat kepada klien atau Client-Centered Therapy.
      Terapis humanistik eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Terapi humanistik eksistensial menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Kesadaran diri berkembang sejak seseorang masih bayi. Perkembangan kepribadian yang normal berlandasankan keunikan masing-masing individu.
Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:
(1)acceptance (penerimaan)
 (2) respect (rasa hormat)
(3)understanding (pemahaman)
(4) reassurance (menentramkan hati)
 (5) encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas)
 (6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan).

Teknik terapi yang paling disukai adalah teknik Client Centered Counseling karena pada teknik ini memusatkan pada client, konselor disini tidak terlalu banyak memberikan arahan yang harus dilakukan oleh client, konselor hanya menjadi pendengar yang baik. Semua penyelesaian masalah sebenarnya sang client lah yang menyebuhkan nya sendiri


Sumber :

Palmer, Stephen. 2010. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar



Senin, 25 April 2016

Teori Terapi Humanistik


Image result for humanistikMaslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain

1. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
2. Carl R. Rogers
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-prinsip belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan belajar untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993).
Adapun penjelasan konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Hasrat untuk Belajar Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar. Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang Berarti Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar Tanpa Ancaman Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses belajar akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas Inisiatif Sendiri Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil.
e. Belajar dan Perubahan Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers ialah bahwa belajar yang paling bermanfaat ialah bejar tentang proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
3. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan aktivitasaktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya (Rumini, dkk. 1993).
4. Aldous Huxley
Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam dan disia-siakan. Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia dalam mengembangkan potensi-potensi tersebut, oleh karena itu kurikulum dalam proses pendidikan harus berorientasi pada pengembangan potensi, dan ini melibatkan semua pihak, seperti guru, murid maupun para pemerhati ataupun peneliti dan perencana pendidikan.


.
Rumini, S. dkk. 1993. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Jumat, 01 April 2016

Teknik Terapi dalam Psikoanalisis



Teknik Terapi dalam Psikoanalisis


1.Asosiasi bebas
Suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lalu. Yaitu klien dimintamengutarakan setiap pikiran yang muncul dalam benaknya.bertujuan untuk sampai kea lam tidak sadar dengan cara memulai dari ide yang disadari saat ini, menelusurinya melalui serangkaian asosiasi, dan mengikuti kemana ide pergi.


2.Analisis Mimpi
Suatu prosedur yg penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yg tak terselesaikan. Asumsi dasar dari analisis mimpi Freud adalah hampir semua mimpi merupakan upaya pemenuhan keinginan (wish fulfillments).



3.Transferensi
Teknik utama yang sangat penting dalam psikoanalisis, karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu nya dalam terapi yang mengacu pada perasaan seksual atau agresif yang kuat, baik positif maupun negatif. Perasaan ini berangkat dari masa lalu pasien terutama dengan kedua orangtua mereka. Transferens positif memungkikan pasien untuk menghidupkan kembali pengalaman masa kecil mereka dalam iklim pengalaman analisis yang tidak mengancam. Akan tetapi, transferens negatif dalam bentuk kebencian perlu dikenali oleh terapis dan dijelaskan kepada pasien agar mereka bisa mengatasi resistensi terhadap penanganan.


4.Resistensi
Beragam respons tidak sadar yang digunakan oleh pasien untuk menghambat kemajuan mereka sendiri selama terapi, bisa menjadi sinyal positif karena ini berarti terapi mulai meninggalkan ranah yang superficial.
Teknik terapi dalam psikoanalisis ini, transferens menjadi teknik yang paling saya suka. Kenapa? Karena teknik ini membuat klien kembali ke masa lalu sehingga terutama pengalaman dengan orangtuanya dan termasuk pengalaman bersama keluarga. Kenapa bisa sepenting itukah pengalaman bersama keluarga (orangtua), keluarga merupakan lingkungan terdekat dari individu dan dari lingkungan ini akan mudah ditarik permasalahan yang dialami oleh klien. Perasaan-perasaan yang mungkin di repres oleh klien akan muncul dalam proses terapi yang dialihkan ke terapis. Dari perasaan yang muncul tersebut terapis akan dapat menganalisis apa yang terjadi pada masa lalu klien.


Meurut saya yang paling baik menggunakan teknik asosiasi bebas, karena dengan asosiasi bebas klient dibuat mengeluarkan segala keluh kesah dari masa lalu dan traumatik nya. Dengan demikian segala permasalahan dapat diselesaikan dari akar atau ujung pertama kali permasalahan itu terbetruk


sumber:
Feist,J.,Feist,G.2010.Teori kepribadian.Edisi7.Diterjemahkan oleh: Handriatno.
Jakarta: Salemba Humanika.