Menurut Humanistik:
Kesehatan
Mental menurut Humanistik
Aliran
ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori
maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan
perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi
Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai
dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Kepribadian yang sehat
menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup
seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru
ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan
perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas,
atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari
kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang
yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung
jawab.
7) Bekerja keras untuk
apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba
mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri
dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan
adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan
diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki
potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan
ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui
kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran
ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh
harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas,
memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut
kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan
manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat
biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap
hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah
sikap dan perilaku mereka.
Kepribadian
Sehat Menurut Allport
Teori
– Teori Allport
Allport
lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan
suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia dan sifat-sifatnya yang
tampaknya bersumber pada masa kanak-kanak. Secara umum teori Allport memberi
definisi yang positif terhadap manusia, teori Allport itu telah membantu
manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk yang baik dan penuh harapan.
Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan salah satu definisi
pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasaan dari teori Allport.
Kepribadian
manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system psikofisik
dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau khas dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Allport
tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai
oleh kekuatan-kekuatan tak sadar atau kekuatan-kekuatan yang tidak dapat
dilihat dan dipengaruhi. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu
merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa
yang neurotis.
Kepribadian-kepribadian
yang matang juga tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik pada masa
kanak-kanak. Orang-orang neurotis terikat pada pengalaman masa kanak-kanak
tetapi orang yang sehat bebas dari paksaan-paksaan masa lampau. Orang-orang
yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan intensi-intensi dan
antisipasi kearah masa depan. Kemudian Allport juga berpendapat bahwa
kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang sehat merupakan hal yang mutlak
terpisah. Namun dalam hal ini yang menjadi kelebihan Allport adalah tentang
antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi adalah penting untuk menentukan
siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk identitas diri kita.
Dalam
teori, Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke
depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang
dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh Freud.
Manusia
yang sehat memiliki kebutuhan terus-menerus akan variasi, akan sensasi-sensasi
dan tantangan baru. Mereka tidak suka akan hal-hal yang rutin dan mereka
mencari pengalaman-pengalaman baru, semuanya ini menghasilkan tegangan. Akan
tetapi Allport percaya bahwa hanya melalui pengalaman-pengalaman dan
resiko-resiko yang menimbulkan tegangan ini, manusia dapat bertumbuh. Dalam
pandangan Allport, ia yakin bahwa kepribadian yang sehat tidak perlu menjadi
orang yang bersenang-senang dan bahagia secara jasmani dan rohani, tetapi kita
harus mengembangkan suatu motif yang baru untuk menggantikan motif yang lama
supaya kepribadian tetap sehat.
Perkembangan Proprium
Allport
mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego yang telah dijelaskan
disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian. Proprium menunjuk kepada
sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Fungsi-fungsi ini
termasuk :
1.
Perasaan jasmaniah yakni kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang
diri, contohnya bayi tidak dapat membedakan antara “diri” dengan dunia
sekitarnya namun lambat laun dengan makin banyaknya kompleksnya belajar dan
pengalaman-pengalaman perceptual maka bayi itu akan dapat membedakan antara
“diri” dengan dunia sekitarnya.
2.
Identitas diri yakni anak mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus
sebagai orang yang terpisah dan anak mulai mempelajari namanya. Menurut
Allport, segi yang sangat penting dalam sebuah identitas yaitu sebuah nama.
Nama menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan
membedakannya dari yang lain.
3. Harga diri yakni menyangkut perasaan bangga
dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan sesuatu atas usahanya
sendiri. Dia mulai menyelediki dan memuaskan persaan ingin tahunya tentang
lingkungan, memanupulasi dan mengubah lingkungannya itu. Intinya adalah
kebutuhan anak akan otonomi. Hal ini kelihatan dalam tingkah lakunya yang
negative sekitar usia 2 tahun, ketika anak kelihatan menentang segala sesuatu
yang dikehendaki orang tua untuk dilakukannya. Kemudian sekitar usia 6-7 tahun
harga dirinya ditentukkan oleh semangat bersaing dengan kawan-kawan sebayanya.
4. Perluasan diri yakni perasaan keterhubungan
dengan orang-orang dan hal-hal yang penting dalam lingkungannya. Relasi anak
dan lingkungan tempat dia tumbuh terhubung sangat penting.
5. Gambaran diri yakni terkait dengan
penanaman-penanaman nilai, tanggung jawab moral, intensi, tujuan dan
pengetahuan diri yang akan berperan mencolok dalam kepribadiannya kelak. Selain
itu juga, anak dapat melihat dirinya dan pendapat tentang dirinya dan ini dapat
berkembang dari interaksi-interaksi antara orang tua dan anak melalui pujian
dan hukuman yang diberikan kepada anak tersebut.
6.
Diri sebagai perilaku sosial yakni anak dapat belajar bahwa ia dapat memecahkan
masalah-masalah dengan menggunakan proses logis dan rasional dengan
aturan-aturan dan harapan yang baru yang ia peroleh dari teman-temannya ataupun
dari gurunya sebagai hasil belajar ketika ia sudah mulai bersekolah.
7.
Propriate striving yakni pembangunan tujuan dan rencana ke depan:
intensi-intensi, long-range purposes, distant goals. Persoalan utama berkaitan
dengan identitas, ”apakah saya seorang anak atau dewasa?” dan “siapakah saya?”
Semuanya
merupakan bagian yang sebenarnya dan vital dari kepribadian. Fungsi-fungsi
tersebut sama-sama memiliki suatu arti fenomenal dan “ makna penting”.
Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu tidak dibawa
sejak lahir, melainkan berkembang karena usia.
Allport
menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium. Selama 3 tahun pertama,
tiga aspek muncul, yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri
berkesinambungan dan harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4-6 tahun, dua
aspek lainnya muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan
gambaran diri. Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan
kesadaran-diri sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal
pikiran. Selama masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka
panjang, dan cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium.
Ciri-Ciri Kepribadian yang Matang Menurut
Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah
lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras
yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi
fungsional.Kualitas kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1. Ekstensi sense of self
Adalah kemampuan
berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas, kemampuan diri
dan minat-minatnya dengan orang lain, kemampuan merencanakan masa depan dengan
penuh harapan dan rencana, kemampuan mengerjakan sesuatu secara aktif. Semakin
banyak seseorang terlibat dalam kegiatan maka semakin sehat secara psikologis
juga dia.
2. Hubungan hangat/akrab
dengan orang lain
Adalah kapasitas
intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion
(pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang
atau suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan
dengan semua bangsa)
3. Penerimaan diri/
Keamanan emosional
Adalah kemampuan untuk
mengatasi reaksi berlebihan dalam hal-hal yang menyinggung dorongan khusus
(misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri
atau dapat mengontrol emosi mereka, perasaan proporsional.
4. Pandangan-pandangan
realistis, keahlian dan penugasan
Adalah kemampuan
memandang orang lain, objek, dan situasi. Mereka memandang dunia mereka secara
objektif dan menerima realitas
sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan
dan tugas-tugas
Adalah kapasitas dan minat dalam
penyelesaian masalah, memiliki keahlian serta tanggung jawab penuh dalam
penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik,
memiliki dedikasi dan komitmen yang kuat dalam penyelesaiaan tugas dan
keterampilan tersebut.
6. Objektifikasi diri: insight dan humor
Adalah kemampuan diri
untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Orang yang sehat
adalah yang terbuka pada pendapat orang lain, memiliki pandangan yang positif
dan memiliki wawasan diri yang tinggi terhadap dirinya dalam merumuskan suatu
gambaran yang objektif. Selain itu adanya korelasi yang tinggi antara wawasan
diri dengan humor, humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu
menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas
diri dan orang lain.
7. Filsafat Hidup
Orang yang sehat
melihat kedepan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana jangka panjang maka
daripada itu dibutuhkannya suatu nilai-nilai dan suara hati yang kuat untuk
dapat mencapai semuanya itu.
Daftar
Pustaka:
Baihaqi,MIF.(2008).
Psikologi Pertumbuhan, Kepribadian Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm. 4-6.
Sarwono,S.W.(2002).Berkenalan
dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi.Jakarta : Bulan Bintang.
Walgito,B.(2003).Pengantar
Psikologi Umum.Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar