Teori-teori Leadership
A. Modern Choice Approach to
Participation
Beberapa orang dalam hidupnya mengenal
banyak orang, tetapi hanya sedikit teman sejati. Teman sejati akan didapat
dengan ketulusan hati, kepribadian serta rasa tanggung jawab bukan dari
kesempatan, nasib baik ataupun dari potensi duniawi. Seorang berkepribadian
ekstrover mungkin mempunyai peluang untuk mengenal banyak orang karena mereka
lebih berorientasi ke dunia luar.
Dalam suatu pekerjaan terutama yang menuntut team work/ kelompok kerja didalamnya harus saling sejalan, sependapat atau mungkin juga satu karakter yang sama, walaupun dengan banyak ide yang berbeda tetapi tetap satu. Disini pemimpin dalam team work itu harus cerdas dan cermat, dalam pengambilan keputusan, membuat suasana salalu hidup dan bervariatif agar bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Team work ini bisa kita temukan dalam pekerjaan seperti, entertainment, peneliti, konsultan / pengacara, dan yang lainnya.
(VROOM & YETTON).
Dalam suatu pekerjaan terutama yang menuntut team work/ kelompok kerja didalamnya harus saling sejalan, sependapat atau mungkin juga satu karakter yang sama, walaupun dengan banyak ide yang berbeda tetapi tetap satu. Disini pemimpin dalam team work itu harus cerdas dan cermat, dalam pengambilan keputusan, membuat suasana salalu hidup dan bervariatif agar bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Team work ini bisa kita temukan dalam pekerjaan seperti, entertainment, peneliti, konsultan / pengacara, dan yang lainnya.
(VROOM & YETTON).
B. Contingency Theory
Teori atau model kontingensi (Fiedler,
1967) sering disebut teori situasional karena teori ini mengemukakan
kepemimpinan yang tergantung pada situasi. Model atau teori kontingensi Fiedler
melihat bahwa kelompok efektif tergantung pada kecocokan antara gaya pemimpin
yang berinteraksi dengan subordinatnya sehingga situasi menjadi pengendali dan
berpengaruh terhadap pemimpin. Kepemimpinan tidak akan terjadi dalam satu
kevakuman sosial atau lingkungan. Para pemimpin mencoba melakukan
pengaruhnya kepada anggota kelompok dalam kaitannya dengan situasi-situasi yang
spesifik.
Situasi dapat sangat bervariasi
sepanjang dimensi yang berbeda, oleh karenanya hanya masuk akal untuk
memperkirakan bahwa tidak ada satu gaya atau pendekatan kepemimpinan yang akan
selalu terbaik. Namun, sebagaimana telah kita pahami bahwa strategi yang
paling efektif mungkin akan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya.
Penerimaan kenyataan dasar ini melandasi teori tentang efektifitas pemimpin
yang dikembangkan oleh Fiedler, yang menerangkan teorinya sebagai Contingency
Approach. Asumsi sentral teori ini adalah bahwa kontribusi seorang pemimpin
kepada kesuksesan kinerja oleh kelompoknya adalah ditentukan oleh kedua hal
yakni karakteristik pemimpin dan dan oleh berbagai variasi kondisi dan
situasi. Untuk dapat memahami secara lengkap efektifitas pemimpin, kedua
hal tersebut harus dipertimbangkan.
Teori kontingensi melihat pada aspek
situasi dari kepemimpinan (organization context). Fiedler mengatakan bahwa ada
2 tipe variabel kepemimpinan: Leader Orientation dan Situation Favorability.
Leader Orinetation adalah :
apakah pemimipin pada suatu organisasi
berorinetasi pada relationship atau beorintasi pada task. Leader Orientation
diketahui dari Skala semantic differential dari rekan yang paling tidak
disenangi dalam organisasi (Least preffered coworker = LPC) . LPC tinggi jika
pemimpjn tidak menyenangi rekan kerja, sedangkan LPC yang rendah menunjukkan
pemimpin yang siap menerima rekan kerja untuk bekerja sama. Skor LPC yang
tinggi menujukkan bahwa pemimpin berorientasi pada relationship, sebaliknya
skor LPC yang rendah menunjukkan bahwa pemimpin beroeintasi pada tugas. Fiedler
memprediksi bahwa para pemimpin dengan Low LPC yakni mereka yang mengutamakan
orientasi pada tugas, akan lebih efektif dibanding para pemimpin yang High LPC,
yakni mereka yang mengutamakan orientasi kepada orang atau hubungan baik dengan
orang apabila kontrol situasinya sangat rendah ataupun sangat tinggi.
Sebaliknya para pemimpin dengan High LPC akan lebih efektif dibanding pemimpin
dengan Low LPC apabila kontrol situasinya moderat.
Situation favorability adalah :
sejauh mana pemimpin tersebut dapat
mengendailikan suatu situasi, yang ditentukan oeh 3 variabel situasi, yaitu :
1. Leader-Member Orintation: hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
1. Leader-Member Orintation: hubungan pribadi antara pemimpin dengan para anggotanya.
2. Task Structure:
tingkat struktur tugas yang diberikan oleh pemimpin untuk dikerjakan oleh anggota organisasi.
3. Position Power:
tingkat kekuasaan yang diperoleh pemimpin organisasi karena kedudukan.
Situation favorability tinggi jika LMO
baik, TS tinggi dan PP besar, sebaliknya Situation Favoribility rendah jika LMO
tidak baik, TS rendah dan PP sedikit.
C. Path Goal Theory
Path-Goal Theory atau model arah tujuan
ditulis oleh House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin
yang tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan
bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Bawahan sering berharap
pemimpin membantu mengarahkan mereka dalam mencapai tujuan. Dengan kata lain
bawahan berharap para pemimpin mereka membantu mereka dalam pencapaian
tujuan-tujuan bernilai mereka.
Ide di atas memainkan peran penting dalam House’s path-goal theory yang menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi para bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yang baik dan kinerja yang baik tersebut selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.
Ide di atas memainkan peran penting dalam House’s path-goal theory yang menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan pemimpin yang menjelaskan bentuk tugas dan mengurangi atau menghilangkan berbagai hambatan akan meningkatkan persepsi para bawahan bahwa bekerja keras akan mengarahkan ke kinerja yang baik dan kinerja yang baik tersebut selanjutnya akan diakui dan diberikan ganjaran.
Path Goal Theory menekankan pada
cara-cara pemimpin memfasilitasi kinerja kerja dengan menunjukkan pada bawahan
bagamana kinerja diperoleh melalaui pencapaian rewards yang diinginkan. Path
Goal theory juga mengatakan bahwa kepuasan kerja dan kinerja kerja tergantung
pada expectancies bawahan. Harapan-harapan bawahan bergantung pada ciri-ciri
bawahan dan lingkungan yang dihadapi oleh bawahan. Kepuasan dan kinerja kerja
bawahan bergantung pada leadership behavior dan leadership style.
Ada 4 macam leadership style :
Ada 4 macam leadership style :
1. Supportive
Leadership:
Gaya kepemimpinan ini menunjukkan
perhatian pada kebutuhan pribadi karyawannya. Pemimpin jenis ini
berusaha mengembangkan kepuasan hubungan interpersonal diantara para karyawan
dan berusaha menciptakan iklim kerja yang bersahabat di dalam organisasi.
2. Directive
Leadership:
Pemimpin yang memberikan bimbingan
khusus pada Karyawannya dengan menetapkan standar kinerja, mengkoordinasi
kinerja kerja dan meminta karyawan untuk mengikuti aturan aturan organisasi.
3. Achievement
Oriented Leadership:
Pemimpin yang menetapkan tujuan yang
menantang pada bawahannya dan meminta bawahan untuk mencapai level performens
yang tinggi.
4. Participative
Leadership:
Pemimpin yang menerima saran-saran dan
nasihat-nasihat bawahan dan menggunakan informasi dari bawahan dalam
pengambilan keputusan organisasi.
Dari beberapa
teori diatas maka pemimpin yang baik akan melihat dan mengerti bagaimana sikap
para karyawannya dan mempunyai jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut
atau pun memakai salah satu teori diatas agar karyawan dan pemimpin dapat
menjalin komunikasi yang baik, dengan komunikasi yang baik menghasilkan kinerja
yang baik pula sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan
Dibawah
pemimpin yang baik/hebat, karyawan yang tidak baik pun ada gunanya, namun jika dibawah
pemimpin yang kurang baik/ tidak hebat, karyawan terhebat pun akan kocar-kacir
SUMBER :
Ismail, Solihin. 2008. Pengantar
Manajemen. Jakarta : Erlangga